.
RSS

I Know, this is my fault




Aku masih terpaku menatap lekat-lekat sebuah foto di layar letptop ku. Ada dua orang gadis tersenyum sumringah di foto itu, terlihat sangat bahagia. Itu aku dan seorang gadis sebaya dengan ku, yang telah cukup lama menjadi teman akrab ku. Aku pun hampir tak mengingat bagaimana kami bisa saling mengenal dan berlanjut menjadi seorang sahabat. Ya, sahabat. Sesuatu yang special bagi tidak sedikit orang. Sosok yang selalu ada saat kau jatuh  hingga telah berada di atas angin.

Laksa adalah panggilan akrab untuknya. Di katakan dewasa tidak, dia sungguh seperti anak-anak. di sebut penyabar, ya dia paling sabar, apalagi jika sikap bullyabel ku keluar dan membully dia habis-habisan. Kadang, hampir seharian kami membicarakan banyak hal, jika tidak bisa bertemu, handphone lah salah satu alat jitu penghubung kami. Mulai dari segala hal yang sedih, aneh, lucu, keren menurut versi kami, dan banyak lagi hal-hal lain yang tak penting kami bahas. Itu lucu. Saat itu.

Aku pernah mendengar suara tawa nya, suara tangis nya hingga suara cempreng nya ketika alay histeris nya muncul. Kadang dengan sikap manja dan rapuhnya itu dia rela menelfon ku semalaman Cuma untuk marah-marah dan menangis karna kecewa, kadang aku hanya menimpali dengan tawa dan sedikit nasehat. Ya begitu lah laksa, sahabat yang sanggup berbuat gila dan alay denganku ketika berdua ataupun di tempat umum, bahkan media social. Laksa…

Sampai akhirnya aku harus pindah keluar kota untuk melanjutkan kuliah ku, yahh sedikit ala-ala film dia mengucapkan perpisahan singkat di twitterku. Kami masih berhubungan baik walaupun di halangi jarak. Pernah di satu waktu dia menelfonku, sudah hampir tengah malam, saat telfon aku angkat hanya suara tangis nya yang terdengar..
 “okey nangis aja dulu, nanti kalo udah tenang baru cerita, aku tungguin” dan ahirnya dia pun tenang dan mulai bercerita..

“Nata mutusin aku..” katanya sambil terisak.. aku sempat berfikir.. Nata?? Ya nata itu sahabatnya mantanku, kita deket saat aku masih jadian sama Vale.. sampai aku putus pun kita masih tetep deket.. Laksa kenal Nata dari aku, dan mereka sempat jadian lalu putus pada malam itu entah karna apa.
“sms ku ga di respon 3 hari ini dan pas malam ini respon dia malah kaya gitu” ujar laksa semakin terisak.

Aku bisa apa? Aku ga tau banyak tentang hubungan mereka, yang aku tau laksa sayang dengan nata, dan aku pernah mewanti-wanti nata untuk jangan pernah nyakitin laksa karna laksa itu bukan kaya cewe lain yang sering nata mainkan, bahkan aku juga mengingatkan laksa agar jangan terlalu memakai hati, slow but sure.
“udah sa, jangan nangis lagi ah,, kamu ngomong biasa aja cempreng banget apalagi kamu marah-marah sambil nangis kesel gitu,, aku ga denger ini kamu ngomong apa aja… zzzzrrzbbrbrbrrr gitu wehh” kata ku sambil menghibur nya.. ya udah kebiasaanku menghina-dinakan dia, membully dia dimana aja dalam kondisi kapan aja, dan dia ga pernah marah sedikit pun, ya laksa ku penyabar.
Setahun berlalu, komunikasi ku dengan laksa masih lancea, dan sudah tak ada lagi pembahasan tentang nata, baguslah laksa sudah kembali mulai menggila seperti dulu. Saking tak pernah terdengar, aku sampai lupa kalau laksa dan nata pernah punya hubungan.

Pada tahun yang baru itu, aku kembali pulang ke kota ku, dan aku sempat menghubungi laksa untuk bertemu, tapi sayang saat itu laksa ada di luar kota. Rasa kecewa pun ada, padahal aku sengaja untuk diam tak bicara atas kepulangan ku, tapi kenyataan dia nya yang tak ada. Sampai ada seseorang yang mencoba mulai menghubungiku, mencoba membuka percakapan lagi padaku, Nata..

Nata menanyakan kabarku dan keberadaanku, saat aku bilang aku tak lagi di kotaku, aku sudah pindah. Nata merespon datar, dia masih terus menghubungi ku Lewat BBM, percakapan dimulai dari yang absurd sampai yang serius. Sebulan sudah nata menghubungi ku tanpa maksud dan tujuan yang jelas, hingga dia mulai mengambil keputusan untuk pindah ke kota yang sekarang aku tempati, dia bilang dia merasa hidupnya tak berkembang di kota nya, dia merasa begitu begitu saja tanpa ada perubahan, aku welcome toh ga ada untung dan ruginya di aku, kalau memang dia bisa lebih baik saat keluar dari zona aman nya ga ada salahnya malah seneng bias bantu sahabat sendiri merubah hidup.

Saat dia sampai di Jakarta, kemana-mana kita selalu berdua, dia buta kota ini, dan otomatis di waktu senggang ku aku menemani di untuk mencari pekerjaan, mulai dari pagi hingga tengah malem kami mengitari Jakarta demi pekerjaan untuk dia agar dia bias survive di kota ini.
Sudah lumayan lama, nata pun berani untuk bicara..
“hidup aku udah jauh lebih baik disini, aku merasa hidup aku semakin bermakna dan bewarna, aku semakin tau kalau buat hidup ga segampang yang aku pikirin, aku harus panas-panasan kesana-kesini demi pekerjaan demi uang untuk aku bisa makan, ntah apa jadinya aku kalau ga ada kamu, makanya aku mohon, kamu jangan pergi” ujar nata yang sempat membuat aku sedikit agak kaku saat itu.

Yang ada di fikiran ku saat itu, bagaimana dengan laksa?
“dia masa lalu aku, dan kita pun udah ga pernah komunikasi dari setahun lebih, kenapa harus mengungkit dia?”
“dia sahabat aku, sampai sekarang pun masih”
Nata terdiam,
“apapun yang ada dalam fikiran mu, aku minta maaf, bukan maksud aku buat kamu bingung apalagi menghancurkan persahabatan kalian, tapi kamu udah buat aku jauh lebih baik dari aaku yang dulu. Tolong pahami kata-kataku”
Iya.. aku salah kalau aku menerima nata, tapi lebih salah lagi kalau aku menolak nata dan membohongi perasaan aku sendiri,, simalakama.

Beberapa bulan setelah aku punya status dengan nata, aku masih belum berani untuk membuat status relationship dengan nata di social mediaku, aku masih belum berani mengumumkan kalau aku milik nata dan nata milikku. Aku masih belum siap melihat sahabat ku hancur.

Sampai nata curiga, kenapa di semua media ku taka da tanda tanda kalau aku berstatus relationship dengannya, bahkan dia sempat menuduhku kalau aku taku kehilangan fans atau orang-orang mencoba mendekatiku, salah nat, salah bukan itu yang ada dalam otak ku saat ini. Aku sedang mecoba menyembunyikan kenyataan, aku sedang menjaga hati sahabatku. Mengerti lah nat..

Tapi nata tetaplah nata, laki-laki yang penuh rasa curiga yang selalu bertanya apa saja kegiatan ku seahri-hari. Nata tak mengerti bahwa aku ada di ujung jurang kebahagiaan dan kehancuran. Dan akhirnya aku membuat status relation dengan nata, juga mencoba berani mengupload foto kita berdua.

Sebulan…dua bulan aku tak melihat respon negative dari laksa, ntah laksa sudah tau atau pura-pura tidak tau. Tapi ternyata aku salah, dia sudah tau dari awal aku jadian. Dia mulai menulis hal yang aneh-aneh di social media, dia mulai curhat kesemua teman-teman nya, dan mulai lah aku yang berpura-pura tak melihat, berpura-pura tak tahu bahwa sahabat ku sedang sakit dan kecewa. Aku menutup mata tapi aku tetap tak bisa. Setiap hari aku stalking twitter,facebook dan semua medianya,, semua tulisannya tertuju ke aku, bahkan dia sempat mengepost sebuah kenangan dan janji yang dulu sempat kami buat.
Menyakitkan, tapi aku bisa apaa??

Aku memberanikan diri untuk meminta maaf bahkan di tempat umum pun aku berani untuk akui ini semua salah ku, aku yang bodoh. Dia tak merespon, entah karna dia sangat marah atau dia sangat sakit untuk mulai berbicara dengan ku.

Semua itu berubah begitu saja merubah semuanya dalam sekejap. Tapi apa masih bisa di perbaiki?

f
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar