Laksa adalah panggilan akrab untuknya. Di katakan dewasa
tidak, dia sungguh seperti anak-anak. di sebut penyabar, ya dia paling sabar,
apalagi jika sikap bullyabel ku keluar dan membully dia habis-habisan. Kadang, hampir
seharian kami membicarakan banyak hal, jika tidak bisa bertemu, handphone lah
salah satu alat jitu penghubung kami. Mulai dari segala hal yang sedih, aneh,
lucu, keren menurut versi kami, dan banyak lagi hal-hal lain yang tak penting
kami bahas. Itu lucu. Saat itu.
Aku pernah mendengar suara tawa nya, suara tangis nya hingga
suara cempreng nya ketika alay histeris nya muncul. Kadang dengan sikap manja
dan rapuhnya itu dia rela menelfon ku semalaman Cuma untuk marah-marah dan
menangis karna kecewa, kadang aku hanya menimpali dengan tawa dan sedikit
nasehat. Ya begitu lah laksa, sahabat yang sanggup berbuat gila dan alay
denganku ketika berdua ataupun di tempat umum, bahkan media social. Laksa…
Sampai akhirnya aku harus pindah keluar kota untuk
melanjutkan kuliah ku, yahh sedikit ala-ala film dia mengucapkan perpisahan
singkat di twitterku. Kami masih berhubungan baik walaupun di halangi jarak. Pernah
di satu waktu dia menelfonku, sudah hampir tengah malam, saat telfon aku angkat
hanya suara tangis nya yang terdengar..
“okey nangis aja
dulu, nanti kalo udah tenang baru cerita, aku tungguin” dan ahirnya dia pun
tenang dan mulai bercerita..
“Nata mutusin aku..” katanya sambil terisak.. aku sempat
berfikir.. Nata?? Ya nata itu sahabatnya mantanku, kita deket saat aku masih
jadian sama Vale.. sampai aku putus pun kita masih tetep deket.. Laksa kenal
Nata dari aku, dan mereka sempat jadian lalu putus pada malam itu entah karna
apa.
“sms ku ga di respon 3 hari ini dan pas malam ini respon dia
malah kaya gitu” ujar laksa semakin terisak.
Aku bisa apa? Aku ga tau banyak tentang hubungan mereka,
yang aku tau laksa sayang dengan nata, dan aku pernah mewanti-wanti nata untuk
jangan pernah nyakitin laksa karna laksa itu bukan kaya cewe lain yang sering
nata mainkan, bahkan aku juga mengingatkan laksa agar jangan terlalu memakai
hati, slow but sure.
“udah sa, jangan nangis lagi ah,, kamu ngomong biasa aja
cempreng banget apalagi kamu marah-marah sambil nangis kesel gitu,, aku ga
denger ini kamu ngomong apa aja… zzzzrrzbbrbrbrrr gitu wehh” kata ku sambil
menghibur nya.. ya udah kebiasaanku menghina-dinakan dia, membully dia dimana
aja dalam kondisi kapan aja, dan dia ga pernah marah sedikit pun, ya laksa ku
penyabar.
Setahun berlalu, komunikasi ku dengan laksa masih lancea,
dan sudah tak ada lagi pembahasan tentang nata, baguslah laksa sudah kembali
mulai menggila seperti dulu. Saking tak pernah terdengar, aku sampai lupa kalau
laksa dan nata pernah punya hubungan.
Pada tahun yang baru itu, aku kembali pulang ke kota ku, dan
aku sempat menghubungi laksa untuk bertemu, tapi sayang saat itu laksa ada di
luar kota. Rasa kecewa pun ada, padahal aku sengaja untuk diam tak bicara atas
kepulangan ku, tapi kenyataan dia nya yang tak ada. Sampai ada seseorang yang
mencoba mulai menghubungiku, mencoba membuka percakapan lagi padaku, Nata..
Nata menanyakan kabarku dan keberadaanku, saat aku bilang
aku tak lagi di kotaku, aku sudah pindah. Nata merespon datar, dia masih terus
menghubungi ku Lewat BBM, percakapan dimulai dari yang absurd sampai yang
serius. Sebulan sudah nata menghubungi ku tanpa maksud dan tujuan yang jelas,
hingga dia mulai mengambil keputusan untuk pindah ke kota yang sekarang aku
tempati, dia bilang dia merasa hidupnya tak berkembang di kota nya, dia merasa
begitu begitu saja tanpa ada perubahan, aku welcome toh ga ada untung dan
ruginya di aku, kalau memang dia bisa lebih baik saat keluar dari zona aman nya
ga ada salahnya malah seneng bias bantu sahabat sendiri merubah hidup.
Saat dia sampai di Jakarta, kemana-mana kita selalu berdua,
dia buta kota ini, dan otomatis di waktu senggang ku aku menemani di untuk
mencari pekerjaan, mulai dari pagi hingga tengah malem kami mengitari Jakarta
demi pekerjaan untuk dia agar dia bias survive di kota ini.
Sudah lumayan lama, nata pun berani untuk bicara..
“hidup aku udah jauh lebih baik disini, aku merasa hidup aku
semakin bermakna dan bewarna, aku semakin tau kalau buat hidup ga segampang
yang aku pikirin, aku harus panas-panasan kesana-kesini demi pekerjaan demi
uang untuk aku bisa makan, ntah apa jadinya aku kalau ga ada kamu, makanya aku
mohon, kamu jangan pergi” ujar nata yang sempat membuat aku sedikit agak kaku
saat itu.
Yang ada di fikiran ku saat itu, bagaimana dengan laksa?
“dia masa lalu aku, dan kita pun udah ga pernah komunikasi
dari setahun lebih, kenapa harus mengungkit dia?”
“dia sahabat aku, sampai sekarang pun masih”
Nata terdiam,
“apapun yang ada dalam fikiran mu, aku minta maaf, bukan
maksud aku buat kamu bingung apalagi menghancurkan persahabatan kalian, tapi
kamu udah buat aku jauh lebih baik dari aaku yang dulu. Tolong pahami
kata-kataku”
Iya.. aku salah kalau aku menerima nata, tapi lebih salah
lagi kalau aku menolak nata dan membohongi perasaan aku sendiri,, simalakama.
Beberapa bulan setelah aku punya status dengan nata, aku masih
belum berani untuk membuat status relationship dengan nata di social mediaku,
aku masih belum berani mengumumkan kalau aku milik nata dan nata milikku. Aku masih
belum siap melihat sahabat ku hancur.
Sampai nata curiga, kenapa di semua media ku taka da tanda
tanda kalau aku berstatus relationship dengannya, bahkan dia sempat menuduhku
kalau aku taku kehilangan fans atau orang-orang mencoba mendekatiku, salah nat,
salah bukan itu yang ada dalam otak ku saat ini. Aku sedang mecoba
menyembunyikan kenyataan, aku sedang menjaga hati sahabatku. Mengerti lah nat..
Tapi nata tetaplah nata, laki-laki yang penuh rasa curiga
yang selalu bertanya apa saja kegiatan ku seahri-hari. Nata tak mengerti bahwa
aku ada di ujung jurang kebahagiaan dan kehancuran. Dan akhirnya aku membuat
status relation dengan nata, juga mencoba berani mengupload foto kita berdua.
Sebulan…dua bulan aku tak melihat respon negative dari
laksa, ntah laksa sudah tau atau pura-pura tidak tau. Tapi ternyata aku salah,
dia sudah tau dari awal aku jadian. Dia mulai menulis hal yang aneh-aneh di social
media, dia mulai curhat kesemua teman-teman nya, dan mulai lah aku yang
berpura-pura tak melihat, berpura-pura tak tahu bahwa sahabat ku sedang sakit
dan kecewa. Aku menutup mata tapi aku tetap tak bisa. Setiap hari aku stalking
twitter,facebook dan semua medianya,, semua tulisannya tertuju ke aku, bahkan
dia sempat mengepost sebuah kenangan dan janji yang dulu sempat kami buat.
Menyakitkan, tapi aku bisa apaa??
Aku memberanikan diri untuk meminta maaf bahkan di tempat
umum pun aku berani untuk akui ini semua salah ku, aku yang bodoh. Dia tak
merespon, entah karna dia sangat marah atau dia sangat sakit untuk mulai berbicara
dengan ku.
Semua itu berubah begitu saja merubah semuanya dalam
sekejap. Tapi apa masih bisa di perbaiki?
0 komentar:
Posting Komentar