.
RSS

Pernahkah?

Pernahkan kamu berbaring di tempat tidurmu sambil menangis?

Menangis karna kamu berfikir kamu tidak cantik dan tak cukup indah untuk seseorang, karna kamu selalu melihat sisi kekurangan mu dari kepala hingga kaki sehingga membuat mu terlihat sangat buruk. 

Menangis karena mereka hanya ada saat mereka membutuhkanmu? dan hilang begitu saja tanpa memikirkanmu? menangis karena memikirkan siapa saja yang akan datang dan merasa sangat kehilangan di pemakaman mu nanti? masih adakah yang peduli dengan segala kebaikan yang kamu berikan? masih adakah yang merindukan kehadiranmu saat kamu berpulang? 

Menangis karena komentar orang-orang di sekitar mu yang sangat membuat mu sakit? menangis karna beban hidup yang tak bisa kamu tanggung sendirian? menangis karna banyak fikiran yang tak bisa kamu selesaikan? menangis karna kecewa dengan orang-orang yang telah kamu percaya? menangis karna perasaanmu di abaikan begitu saja? 

Menangis karna kamu takut terlambat membahagiakan ayah ibu mu? menangis ketika keluarga mu tidak mengerti jalan fikiran mu dan mereka menuyuruhmu untuk berhenti mengeluh hanya karena kamu lebih beruntung dari anak-anak lainnya. 

Kamu tak ingin di bilang si pencari perhatian, maka kamu memasa bodohkan segalanya. mungkin kehidupan orang lain lebih sulit, hanya karna mereka jarang mengeluh maka terlihat sangat indah, maka dari itu kamu lebih memilih untuk menutup mulut.

Di sekitar teman-teman dan keluarga kamu menciptakan sebuah senyuman kebohongan, dan mereka mempercayainya. Tapi saat malam tiba, ketika kamu sendiri di kamarmu, seseorang yang di anggap orang lain selalu tersenyum bahagia, menangis terisak di balik bantalnya dengan cucuran air mata. 
Pernahkah?

f
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Wahai Jiwa Egois

Begini rasanya, ketika sebuah rasa tak bisa sampai pada pemiliknya. kamu tau bukan? di sini, di dalam hati ini telah tercipta rasa yang hanya padamu bisa jadi luar biasa.
tapi kenapa sampai saat ini, detik ini kau selalu mangalihkan arah agar rasaku tak kunjung tiba di hati mu?


entah, entah kamu berpura-pura atau sengaja menggantungkan sebuah cerita agar kisah kita tak pernah terbentuk? atau mungkin saja kamu terpaksa tak tau apa-apa hanya karna kamu takut untuk memulainya??

tau kan rasa nya, saat kita sama-sama memiliki perasaan tapi kenyataan tak menyatukan? sakit.
saat perhatian dan ucapan sayang selalu terlontar, dan saat kepastian tak pernah terdengar, saat itu aku sadar kalau aku hanya sebuah pilihan. pilihan yang mungkin bisa saja kau pilih, atau bahkan bukan.

seribu kali jika aku berfikir ulang untuk apa memberi perasaan pada seseorang yang hanya menjadikan aku pilihan. padahal aku telah memutuskan kamu adalah alasan utamaku untuk segala hal yang aku lakukan. kamu aku prioritaskan. tapi kamu hanya menjadikan aku pilihan.

ketika kamu kesepian kamu datang, ketika aku butuhkan kamu menghilang. datang dan pergi begitu saja seolah jiwa yang kamu tinggalkan ini tak berperasaan.

wahai jiwa egois yang kucintai, mengertilah aku hanya punya sekeping hati, jangan kamu buat ini terkeping lebih kecil lagi. mengertilah.. aku disini butuh hal yang pasti. bukan hanya sekedar janji yang selalu kau ingkari. ini perasaan yang mungkin saja bisa mati jika terus kamu sakiti. mengerti laaah.

f
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

I Know, this is my fault




Aku masih terpaku menatap lekat-lekat sebuah foto di layar letptop ku. Ada dua orang gadis tersenyum sumringah di foto itu, terlihat sangat bahagia. Itu aku dan seorang gadis sebaya dengan ku, yang telah cukup lama menjadi teman akrab ku. Aku pun hampir tak mengingat bagaimana kami bisa saling mengenal dan berlanjut menjadi seorang sahabat. Ya, sahabat. Sesuatu yang special bagi tidak sedikit orang. Sosok yang selalu ada saat kau jatuh  hingga telah berada di atas angin.

Laksa adalah panggilan akrab untuknya. Di katakan dewasa tidak, dia sungguh seperti anak-anak. di sebut penyabar, ya dia paling sabar, apalagi jika sikap bullyabel ku keluar dan membully dia habis-habisan. Kadang, hampir seharian kami membicarakan banyak hal, jika tidak bisa bertemu, handphone lah salah satu alat jitu penghubung kami. Mulai dari segala hal yang sedih, aneh, lucu, keren menurut versi kami, dan banyak lagi hal-hal lain yang tak penting kami bahas. Itu lucu. Saat itu.

Aku pernah mendengar suara tawa nya, suara tangis nya hingga suara cempreng nya ketika alay histeris nya muncul. Kadang dengan sikap manja dan rapuhnya itu dia rela menelfon ku semalaman Cuma untuk marah-marah dan menangis karna kecewa, kadang aku hanya menimpali dengan tawa dan sedikit nasehat. Ya begitu lah laksa, sahabat yang sanggup berbuat gila dan alay denganku ketika berdua ataupun di tempat umum, bahkan media social. Laksa…

Sampai akhirnya aku harus pindah keluar kota untuk melanjutkan kuliah ku, yahh sedikit ala-ala film dia mengucapkan perpisahan singkat di twitterku. Kami masih berhubungan baik walaupun di halangi jarak. Pernah di satu waktu dia menelfonku, sudah hampir tengah malam, saat telfon aku angkat hanya suara tangis nya yang terdengar..
 “okey nangis aja dulu, nanti kalo udah tenang baru cerita, aku tungguin” dan ahirnya dia pun tenang dan mulai bercerita..

“Nata mutusin aku..” katanya sambil terisak.. aku sempat berfikir.. Nata?? Ya nata itu sahabatnya mantanku, kita deket saat aku masih jadian sama Vale.. sampai aku putus pun kita masih tetep deket.. Laksa kenal Nata dari aku, dan mereka sempat jadian lalu putus pada malam itu entah karna apa.
“sms ku ga di respon 3 hari ini dan pas malam ini respon dia malah kaya gitu” ujar laksa semakin terisak.

Aku bisa apa? Aku ga tau banyak tentang hubungan mereka, yang aku tau laksa sayang dengan nata, dan aku pernah mewanti-wanti nata untuk jangan pernah nyakitin laksa karna laksa itu bukan kaya cewe lain yang sering nata mainkan, bahkan aku juga mengingatkan laksa agar jangan terlalu memakai hati, slow but sure.
“udah sa, jangan nangis lagi ah,, kamu ngomong biasa aja cempreng banget apalagi kamu marah-marah sambil nangis kesel gitu,, aku ga denger ini kamu ngomong apa aja… zzzzrrzbbrbrbrrr gitu wehh” kata ku sambil menghibur nya.. ya udah kebiasaanku menghina-dinakan dia, membully dia dimana aja dalam kondisi kapan aja, dan dia ga pernah marah sedikit pun, ya laksa ku penyabar.
Setahun berlalu, komunikasi ku dengan laksa masih lancea, dan sudah tak ada lagi pembahasan tentang nata, baguslah laksa sudah kembali mulai menggila seperti dulu. Saking tak pernah terdengar, aku sampai lupa kalau laksa dan nata pernah punya hubungan.

Pada tahun yang baru itu, aku kembali pulang ke kota ku, dan aku sempat menghubungi laksa untuk bertemu, tapi sayang saat itu laksa ada di luar kota. Rasa kecewa pun ada, padahal aku sengaja untuk diam tak bicara atas kepulangan ku, tapi kenyataan dia nya yang tak ada. Sampai ada seseorang yang mencoba mulai menghubungiku, mencoba membuka percakapan lagi padaku, Nata..

Nata menanyakan kabarku dan keberadaanku, saat aku bilang aku tak lagi di kotaku, aku sudah pindah. Nata merespon datar, dia masih terus menghubungi ku Lewat BBM, percakapan dimulai dari yang absurd sampai yang serius. Sebulan sudah nata menghubungi ku tanpa maksud dan tujuan yang jelas, hingga dia mulai mengambil keputusan untuk pindah ke kota yang sekarang aku tempati, dia bilang dia merasa hidupnya tak berkembang di kota nya, dia merasa begitu begitu saja tanpa ada perubahan, aku welcome toh ga ada untung dan ruginya di aku, kalau memang dia bisa lebih baik saat keluar dari zona aman nya ga ada salahnya malah seneng bias bantu sahabat sendiri merubah hidup.

Saat dia sampai di Jakarta, kemana-mana kita selalu berdua, dia buta kota ini, dan otomatis di waktu senggang ku aku menemani di untuk mencari pekerjaan, mulai dari pagi hingga tengah malem kami mengitari Jakarta demi pekerjaan untuk dia agar dia bias survive di kota ini.
Sudah lumayan lama, nata pun berani untuk bicara..
“hidup aku udah jauh lebih baik disini, aku merasa hidup aku semakin bermakna dan bewarna, aku semakin tau kalau buat hidup ga segampang yang aku pikirin, aku harus panas-panasan kesana-kesini demi pekerjaan demi uang untuk aku bisa makan, ntah apa jadinya aku kalau ga ada kamu, makanya aku mohon, kamu jangan pergi” ujar nata yang sempat membuat aku sedikit agak kaku saat itu.

Yang ada di fikiran ku saat itu, bagaimana dengan laksa?
“dia masa lalu aku, dan kita pun udah ga pernah komunikasi dari setahun lebih, kenapa harus mengungkit dia?”
“dia sahabat aku, sampai sekarang pun masih”
Nata terdiam,
“apapun yang ada dalam fikiran mu, aku minta maaf, bukan maksud aku buat kamu bingung apalagi menghancurkan persahabatan kalian, tapi kamu udah buat aku jauh lebih baik dari aaku yang dulu. Tolong pahami kata-kataku”
Iya.. aku salah kalau aku menerima nata, tapi lebih salah lagi kalau aku menolak nata dan membohongi perasaan aku sendiri,, simalakama.

Beberapa bulan setelah aku punya status dengan nata, aku masih belum berani untuk membuat status relationship dengan nata di social mediaku, aku masih belum berani mengumumkan kalau aku milik nata dan nata milikku. Aku masih belum siap melihat sahabat ku hancur.

Sampai nata curiga, kenapa di semua media ku taka da tanda tanda kalau aku berstatus relationship dengannya, bahkan dia sempat menuduhku kalau aku taku kehilangan fans atau orang-orang mencoba mendekatiku, salah nat, salah bukan itu yang ada dalam otak ku saat ini. Aku sedang mecoba menyembunyikan kenyataan, aku sedang menjaga hati sahabatku. Mengerti lah nat..

Tapi nata tetaplah nata, laki-laki yang penuh rasa curiga yang selalu bertanya apa saja kegiatan ku seahri-hari. Nata tak mengerti bahwa aku ada di ujung jurang kebahagiaan dan kehancuran. Dan akhirnya aku membuat status relation dengan nata, juga mencoba berani mengupload foto kita berdua.

Sebulan…dua bulan aku tak melihat respon negative dari laksa, ntah laksa sudah tau atau pura-pura tidak tau. Tapi ternyata aku salah, dia sudah tau dari awal aku jadian. Dia mulai menulis hal yang aneh-aneh di social media, dia mulai curhat kesemua teman-teman nya, dan mulai lah aku yang berpura-pura tak melihat, berpura-pura tak tahu bahwa sahabat ku sedang sakit dan kecewa. Aku menutup mata tapi aku tetap tak bisa. Setiap hari aku stalking twitter,facebook dan semua medianya,, semua tulisannya tertuju ke aku, bahkan dia sempat mengepost sebuah kenangan dan janji yang dulu sempat kami buat.
Menyakitkan, tapi aku bisa apaa??

Aku memberanikan diri untuk meminta maaf bahkan di tempat umum pun aku berani untuk akui ini semua salah ku, aku yang bodoh. Dia tak merespon, entah karna dia sangat marah atau dia sangat sakit untuk mulai berbicara dengan ku.

Semua itu berubah begitu saja merubah semuanya dalam sekejap. Tapi apa masih bisa di perbaiki?

f
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS