Dulu.. dulu sekali, aku pernah mengenal seseorang, seseorang dimana aku
pernah bangga memilikinya, tenang bila bersama nya, dan aku selalu
merasa aku paling beruntung karna aku selalu denganya.
Dia
penyabar dan selalu ceria. Hidup nya terlihat sangat bahagia dari cara
dia tertawa dari cara dia menatap dan dari cara dia bebicara, dia seolah
tak pernah merasa sakit dan menderita.
Dia juga seorang
manusia, dia bisa marah tapi dengan logikanya dia menahan, dia enggan
menunjukan amarahnya di depan semua orang. bahkan untuk berbicara
melebihi octaf pun dia tak berani. dia sang penjaga perasaan, haram
buatnya menyakiti hati seseorang. mungkin luka hatinya bisa membuat
orang lain tertawa, tapi dia tak kan pernah tertawa jika itu membuat
seseorang terluka.
Dia yang lebih memilih untuk berbicara
pada lembaran kertas dan pulpen kesayangannya, dia yang selalu menutup
diri dari segala hal yang membuat dia terlihat berduka. Entah aku merasa
sangat beruntung punya dia di hidupku.
Tak beberapa lama
ini, aku bertemu dengannya, aku terdiam melihat wajah badmood yang belum
pernah aku lihat di dirinya, aku tatap mata merah penuh amarah itu. aku
tersenyum dan beranikan diri untuk bertanya "kamu kenapa?" dia hanya
diam, "ada sesuatu yang kamu fikirkan?" dia tetap saja diam. "apa yang
membuat mu begitu Marah?" sama dia tetap terdiam.
aku
melihat diri yang berbeda dari dia, yang ada di hadapan ku saat ini
bukan dia yang dulu aku kenal, aku tak kenal sosok wanita di hadapan ku
ini lagi. Dia begitu emosian, dan jika suasana hatinya sedang buruk,
maka terlihat lah lekuk lekuk wajah yang menyeramkan itu, tak kan
terdengar suaranya di sepanjang hari, kemana sang penyabar ku dulu??
Aku
masih tetap berdiri di hadapannya, masih menatap matanya, apa yang
salah, apa yang telah membuat dia berubah?. Terbaca ada luka dan beban
begitu dalam di fikirannya, tercipta ke rapuhan dalam setiap tata
bicaranya. Sosok yang dulu ku banggakan, kini ada di hadapan ku tapi
berbeda keadaan.
Hingga menjelang malam, saat lampu ku matikan, hilang lah pantulan bayangan dari cermin yang sedari tadi ku pandangi.
0 komentar:
Posting Komentar